KODIM 0708/PURWOREJO

Purworejo – Memasuki bulan maret dalam hitungan para petani di Jawa, masuk ” Mongso ke Songo”artinya memasuki musim ke sembilan.
Mongso ke Songo ini ditandai perubahan cuaca yang ekstrim.
Hujan tiba-tiba disertai angin, hujan lokal dengan curah tinggi,  serta perubahan cuaca yang ekstrim, sebentar hujan tiba-tiba panas menyengat.
Bagi para petani ” Mongso ke Songo ” ini sering menjadi momok terutama untuk musim tanam rendheng

( penghujan ).
Biasanya untuk musim tanam rendheng, pertumbuhan tanaman padi begitu subur, dikarenakan setelah musim kemarau tanah menjadi gembur dan juga banyak unsur hara sisa-sisa tanaman palawija dan juga sisa-sisa pupuk dari tanaman palawija, akibatnya tanaman padi begitu subur.
Nah begitu memasuki “Mongso ke Songo ” ini dengan adanya hujan dan angin maka banyak tanaman padi yang rata-rata sudah mulai menguning ( bahasa pata petani temungkul ) pada roboh.
Robohnya tanaman padi ini sangat merugikan para petani.
Padi yang belum tua bila roboh bisa menjadi gabug ( kurang berisi ).
Sementara padi yang sudah tua pun kalau roboh hasilnya kurang maksimal, apalagi kalau sampai terendam air bisa gagal panen karena padi menjadi busuk.
Oleh karenanya biasanya untuk musim rendheng para petani menyiasatinya dengan mengurangi pupuk agar tanaman padinya tidak terlalu subur, sehingga jika ada hujan angin tidak mudah roboh.Hal tersebut mendapat perhatian babinsa Koramil 06 Butuh Kodim 0708 Purworejo, karena sebagai pendamping petani babinsa bersama PPL ( petugas Penyuluh Lapangan ) turun mengecek ke lokasi. Dimaksudkan apa yang terjadi dilapangan menjadikan evaluasi untuk tanam selanjutnya agar kedepan dapat meminimalisir kejadian seperti ini,sehingga petani tidak merugi.